Rabu, 16 Juli 2014

Ditipu Bakso

Ini ketiga kalinya aku ikut tantangan @KampusFiksi dan tema kali ini adalah #DeskripsiBakso . Semoga aku tidak mengulangi kesalahan untuk yang ketiga kalinya -_- Okey! Enjoy reading, Kakak :)

---

          Di tengah teriknya matahari, Boim jalan-jalan seorang diri dengan riang gembira. Bibirnya seakan tidak lelah untuk selalu tersenyum. Saking lincahnya, rambut Boim yang mirip duri landak itu bergoyang naik turun mengikuti irama hentakan kaki Boim yang juga diiringi gerakan perutnya yang buncit.
“Andi! Farel!” teriak Boim sambil berlari menghampiri kedua sahabatnya. “Kalian mau kemana, nih? Ikut dong!”
“Kami mau ke rumahmu, Im,” balas Andi bersemangat. “Seminggu lagi, kan ulang tahunmu. Bukankah biasanya kamu menyelenggarakan pesta besar-besaran setiap tahun?”
“Tentu saja,” sahut Boim sombong.
“Omong-omong, tema tahun ini apa, Im? Tema dua tahun yang lalu, kan Tropical Fruit dan teman setahun yang lalu Veggie Land. Tema tahun ini harus lebih cetar dong...” balas Farel.
“Pasti dong!” kilah Boim tidak kalah sombong dari sebelumnya. “Tema tahun ini...”
“Boim! Andi! Farel!” sapa Roni.
Boim, Andi, dan Farel yang sedang asyik mengobrol serempak menoleh ke arah Roni yang dengan semangat berlari kearah mereka.
“Hai Roni!” sapa Boim penuh semangat. “Kamu sudah tau apa belum tentang pesta ulang tahunku? Eh iya, kamu mau kemana sih? Kok sepertinya buru-buru sekali?”
“Aku belum tau nih tentang pestamu,” jawab Roni. “Sebenarnya, aku mau mencari makan siang. Soalnya, Ibu tidak sempat memasak. Omong-omong, kalian lagi ngapain nih? Kuperhatikan dari kejauhan, seperti sedang diskusi penting saja,” celetuknya.
“Kami lagi membahas ulang tahun Boim, Ron,” jawab Andi.
“Hei! Kalian lapar?” tanya Boim. Andi, Farel, dan Roni saling berpandangan kemudian mengangguk pelan. “Kalau begitu, bagaimana kalau kutraktir makan siang? Anggaplah ini sebagai permulaan dari pestaku. Dengan begini, kalian bisa tau tema pestaku tahun ini.”
“Wah... boleh juga tuh!” sahut Farel senang.
Boim melangkah mantap dengan gaya sok bos menuju jalan raya diikuti Andi, Farel, dan Roni di belakangnya. Ketiga bocah itu, Andi, Farel, dan Roni terlihat tidak sabar mengetahui kemana Boim mengajak mereka makan siang, termasuk tentang tema pesta Boim yang selalu sukses membuat mereka kekenyangan setiap tahun saking banyaknya makanan yang dihidangkan. Langkah Boim terhenti di depan tenda bakso Mang Jono yang sudah sering ia kunjungi.
“Mang Jono!” sapa Boim sambil duduk di salah satu deretan kursi kayu yang masih kosong diikui ketiga sahabatnya. “Pesan bakso empat mangkok, yang ekstra banyak ya!”
“Siap!” sahut Mang Jono bersemangat. Beliau meracik empat mangkuk bakso dengan sangat lincah, bersemangat, dan cekatan. Kedua tangannya bergerak lincah, yang kanan sibuk meramu bumbu-bumbu dan menuangkan mie kuning serta bihun ke dalam sementara tangan kirinya sibuk mengaduk-aduk kuah bakso yang mengepul semakin lebat dan membuat perut  Andi  keroncongan.
“Kalau masih kurang, tambah saja sesuka kalian!” celoteh Boim sombong.
“Kalau mau tambah, silahkan! Sekalian sama gerobaknya juga boleh!” celetuk Mang Jono sambil meracik empat mangkuk bakso yang terlihat begitu penuh. “Silahkan!”
Mang Jono meletakan empat mangkuk bakso di atas meja, begitu pula dengan empat gelas air mineral. Tanpa berpikir panjang, Boim, Andi, dan Farel langsung menyantap bakso tersebut dengan lahap. Berbeda dengan ketiga sahabatnya, Roni hanya diam mematung dengan bibir mencibir dan kedua mata yang memandang rendah semangkuk bakso yang ada di hadapannya.
“Kenapa kamu tidak makan, Ron? Katanya lapar?” tanya Boim heran dengan mulut penuh bakso dan potongan mi kuning di sekitar mulutnya yang semakin semangat mengunyah. “Tidak jadi lapar?”
“Bukannya gitu,” sanggah Roni. “Aku, kan tidak suka bakso.”
“Ha?” ujar Andi. “Bakso itu, kan enak. Masa’ kamu tidak suka. Rugi tau!”
“Ya... mau bagaimana lagi. Namanya juga tidak suka. Sudah ya. Aku cari makan dulu,” jawab Roni agak kesal dengan ucapan Andi kemudian berlari pergi meninggalkan tenda bakso Mang Jono.
“Andi sih... pake ngomong kayak begitu,” sambar Farel. “Kan, kasihan Roni. Kamu, sih tidak mengerti perasaannya.” Andi hanya mengangkat bahu sambil memasukan potongan-potongan bakso yang begitu menggoda kedalam mulutnya. “Oh iya! Boim, jangan-jangan... tema pestamu itu ada hubungannya dengan daging, ya?” tebak Farel dengan gaya sok detektif.
“Betul sekali!” balas Boim. “Temanya adalah Beef Party! Segala macam makanan olahan daging akan ada disana! Jangan lupa datang ya!”
“Tunggu!” ujar Farel. “Roni tidak suka bakso. Itu berarti dia tidak suka daging sapi yang menjadi bahan dasar bakso. Iya, kan?”
 “Siapa tau... yang membuatnya tidak suka itu bihunnya atau mi kuningnya. Kan belum tentu bakso yang membuatnya tidak suka,” bantah Andi.
“Andi, apa kamu lupa? Roni sangat suka mi ayam. Tidak mungkin dia tidak suka mi kuning. Lagipula, ibunya sering memasak bihun pedas. Kalau memang Roni tidak suka bihun, ibunya tidak mungkin memasak bihun pedas sesering itu,” sanggah Farel.
“Benar juga kamu, Rel!” balas Boim. “Yah... mau bagaimana lagi. Kalau memang Roni tidak suka daging, kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Andi dan Farel mengangguk bersamaan.
Hari yang ditunggu-tunggu Boim telah tiba. Rumahnya yang besar nan mewah dipenuhi para tamu yang bergantian mengucapkan selamat dan curahan doa-doa baik kepadanya. Andi dan Farel sudah datang dengan kedua orang tua mereka yang kini sedang berbincang-bincang dengan kedua orang tua Boim sementara Andi dan Farel sibuk mencicipi berbagai macam hidangan yang mengundang nafsu mereka.
Setelah menunggu selama satu setengah jam, akhirna Roni datang dengan sekotak hadiah besar yang langsung ia berikan kepada Boim. “Ng.. Roni... masalah bakso itu...”
“Kenapa?” tanya Roni sambil mengambil beberapa potong daging sapi panggang dan mulai menyantapnya dengan saus bawang. Boim, Andi, dan Farel sama-sama terbelak melihatnya. “Kalian kenapa, sih? Kenapa melihatku seperti itu?” Boim, Andi, dan Farel hanya menggeleng pelan sementara Roni sibuk mencicipi hidangan lain seperti sosis bakar, kornet telur goreng, dan tumis daging dengan paprika.

“Roni kok sekarang suka daging? Padahal seminggu yang lalu ia kelihatan benar-benar tidak suka dengan yang namanya bakso,” ujar Andi. Boim dan Farel hanya menggeleng pelan. 

Jumlah kata : 897 kata ditambah 2 kata dari judul, menggunakan kata 'kemudian' dua kali, dan tidak menggunakan kata 'lalu', 'lantas', dan 'terus'.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar