Minggu, 30 Juli 2017

Allah Knows The Best

Setiap manusia pasti menginginkan yang terbaik dalam hidupnya, dan mereka punya tujuan yang ingin dicapai. Satu tujuan tercapai, tercipta tujuan yang lain. Bahkan bagi beberapa orang, membuat rencana jangka panjang itu hal yang sangat penting. Aku lebih suka membuat rencana jangka pendek, rencana tahunan. Biasanya kubuat list dan kusimpan untuk diriku sendiri. Saking fokusnya pada rencana yang dibuat, terkadang membuat kita sebagai manusia terlalu terpuruk ketika hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Mungkin beberapa orang belum bisa menerima dengan sepenuh hati tentang ujaran bahwa Allah tau yang terbaik. Aku pribadi, aku sangat percaya akan hal itu. Kenapa? Aku percaya karena suatu pengalaman berharga yang kualami beberapa tahun yang lalu.
Aku suka banget menulis. Aku mulai menulis sejak kelas 2 SD. Aku suka banget dongeng tentang putri dan kerajaan, dan hal-hal fantasi lainnya. Aku menulis apapun yang aku lihat, apapun yang aku rasakan. Kalau bisa dikumpulkan, buku diariku pasti banyak banget, belum ditambah buku tulis yang biasa aku pakai untuk membuat cerpen atau cerita yang lebih panjang.
Aku mulai serius menulis ketika SMP. Aku punya suatu tujuan yang bisa disebut itu tujuan yang sangat penting. Aku ingin bisa menerbitkan cerita yang aku tulis. Kebetulan aku tau kalau Penerbit Mizan membuka lini yang merima naskah anak-anak yaitu KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) dan lini yang menerima naskah remaja yaitu PBC (Pink Berry Club). Awalnya aku menulis dengan tujuan tembus lini KKPK, tapi aku sudah berumur 13 tahun sehingga aku tidak bisa mengirim ke sana. Akhirnya naskah yang kutulis hampir 2 tahun, dengan revisi yang sudah tidak terhitung lagi, dengan bantuan Papa yang bolak-balik kirim bahan revisi lewat email karena waktu itu beliau kerja di tempat yang jauh, akhirnya naskah itu selesai. Aku ke tempat rental komputer untuk nge-print lalu ke kantor pos sendiri. Aku ngirim naskah itu akhir bulan Desember tahun 2013, ketika aku kelas 3 SMP.
Sejak ngirim naskah itu, aku tidak pernah melewatkan sehari memikirkan bagaimana nasib naskahku itu di meja editor. Aku bolak balik telepon ke sana untuk menanyakan status naskah, sampai Mama marah karena hal itu bikin aku tidak fokus sekolah, padahal waktu itu hampir UN SMP. Kata Mama, kalau waktunya pengumuman juga pasti bakal dikasih tau. Ya sudah, aku berusaha sabar.
Sudah hampir setahun naskah aku tidak kabar. Mending kalau ada kabar, sekalipun ditolak, ini tidak ada kabar sama sekali. Akhirnya aku telepon lagi ke sana dan ternyata naskah aku nyasar. Jadi naskah aku nyasar ke lini KKPK, dengan antrian ke meja editor yang lebih panjang, dan mungkin bakal langsung ditolak karena umurku udah lewat dari ketentuan. Kata petugas yang ngangkat telepon aku, naskah aku bagus untuk KKPK. Entah kenapa aku langsung berpikir, mungkinkah tidak cukup bagus untuk PBC which means naskah aku ditolak? Ternyata katanya masih harus beberapa bulan di meja editor. Aku mencoba sabar, dan aku menunggu lagi, dari awal.
Sekitar 7 bulan kemudian, ketika aku sedang buka email, ada satu pesan dan aku deg-degan banget waktu baca judulnya karena itu berkaitan dengan pengumuman naskah PBC dan aku masih inget gimana speechless-nya aku pas tau naskahku bakal terbit! Mama senang banget pas denger itu, apalagi Papa. Benar-benar dream comes true!
Dan akhirnya… buku solo pertamaku yang berjudul A Dreamer And The Hard Life resmi terbit Oktober 2014, waktu aku kelas 2 SMA. Menunggu 2 tahun itu… terasa sangat lama buat aku. Untungnya sejak aku kecil, Mama selalu mengajarkan tentang mencari hikmah dibalik segala hal yang terjadi. Karena kalau kita tau hikmah dibalik semua itu, kita bakal nangis, terharu, kita bakal sadar kalau Allah tuh sayang banget sama kita.
Jadi aku berjilbab Alhamdulillah ketika aku naik kelas 2 SMA. Dan ketika aku kirim naskah itu aku pakai fotoku yang belum pake jilbab. Sebelum terbit, aku dibolehin untuk ganti foto, kalau mau. Karena waktu itu aku sudah pakai jilbab, aku kirim fotoku yang sudah pake jilbab. Sampai sekarang aku masih tidak bisa membayangkan gimana kalau buku itu langsung terbit saat itu juga, atau terbit ketika aku belum pake jilbab dan fotoku yang belum berjilbab itu tersebar luas dan ratusan bahkan mungkin ribuan orang melihat, sudah sebanyak apa dosa yang harus aku tanggung.
Ketika aku sadar hal itu untuk pertama kali, aku nangis sejadi-jadinya. Aku yakin aku bakal stress kalau aku terus terusan dihantui dosa-dosa yang sebanyak itu dan bakal terus bertambah bahkan ketika aku udah di alam kubur sekalipun.

Kadang kita ngerasa Allah jahat, tidak adil, padahal Dia sedang berusaha melindungi kita dari hal yang bisa jadi akan kita sesali nantinya. Allah tidak pernah berkata tidak. Dia akan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya, atau memberi yang terbaik, karena hanya Dia yang tau apa yang terbaik untuk kita. 
Share: