Untuk
kalian semua, remaja di seluruh Indonesia, di seluruh dunia, pernahkah
merasakan yang namanya jatuh cinta? Oke, mungkin beberapa kalian masih bingung
apa yang disebut jatuh cinta itu. Sekarang, aku ganti pertanyaannya. Pernahkah
kalian merasa jantung kalian berdebar setiap kali bertemu seseorang? Pernahkah
kalian merasa canggung setiap berbicara dengan seseorang? Pernahkah kalian
rasakan rindu melanda dengan garangnya? Pernahkah kalian tertawa-tawa sendiri
tiap kali mengingat momen bersamanya? Nah, itu tandanya.
Aku
punya seorang teman yang sangaat baik, inisialnya M. Dia sangat manis dengan
pipi tembam yang dihiasi lesung pipi, yang selalu kusebut ‘kawah meteor’ untuk
menjahilinya. Jadi, ceritanya, waktu itu kita belum terlalu dekat. Masih
awal-awal masa perkuliahan tahun pertama. Akan tetapi, entah kenapa, aku
rasanya enjoy aja cerita banyak hal
kedia, sampai akhirnya dia cerita bahwa dirinya pernah pacaran dan dia sangat
menyesali itu. Dia berharap, kalau bisa kembali ke masa itu, dia tidak akan
pacaran. Aku senang banget, akhirnya menemukan teman yang berprinsip sama
denganku. Aku masih ingat waktu itu dia bilang, “Sih, coba waktu itu aku tidak
pacaran. Kita samaan deh.”
Sejak
saat itu dia tidak ingin terjebak dalam lingkar tipu daya yang bernama ‘cinta
yang tidak halal’, sama sepertiku. Pokoknya kita saling tahu menahu, kita tidak
ingin terjebak ke dalam hal yang seperti itu. Hebatnya, dia langsung tau setiap
saat aku khilaf, dan selalu mengingatkanku dengan cara baik-baik namun tegas
dan Alhamdulillah mampu membuatku sadar bahwa aku telah keluar jalur. Aku
beruntung banget punya teman sepertinya.
Kejadian
yang tidak terduga terjadi padanya beberapa hari terakhir. Teman masa SMA-nya
datang, teman yang dia kagumi karena sikapnya yang bisa memperlakukan wanita
dengan baik. Akan tetapi, setelah mendengar keseluruhan cerita tentang teman
laki-laki M, aku merasa temannya itu sepertinya telah berubah selama setahun
terakhir ketika mereka tidak bertemu. Bagaimana tidak, mereka bertemu dan
sepanjang pertemuan mereka, teman laki-laki M yang akan kusebut X melakukan
hal-hal yang tidak seharusnya. X memberi perhatian lebih, melakukan hal-hal
kecil yang begitu manis, mengucapkan kata-kata manis yang tidak semestinya kepada
M. M merasa bentengnya runtuh. Dia menceritakan segalanya padaku lewat LINE call dan aku bisa tau dia nangis
kejer selama menceritakan kejadian itu. Aku bisa tau dia menyesal banget, dia
bingung, tapi dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak baper.
Aku
pernah berada pada situasi yang sama. Akan tetapi, bedanya, M jauh lebih baik
daripada aku. Ketika itu, aku justru merasa senang, sampai tertawa-tawa
sendiri. Kesal sih, tapi senang juga. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa semua
itu adalah ujian. Ya, kurasa M telah diuji oleh Allah karena keputusannya untuk
hijrah, untuk menjadi lebih baik. Kurasa Allah ingin tau seberapa lama dia akan
bertahan pada pilihannya untuk hijrah. Akankah dia bangkit dan membangun
benteng pertahanannya lagi, ataukah dia akan membiarkan dirinya hanyut terbawa
arus tipu daya ‘cinta yang tidak halal’?
Teman-temanku,
wanita yang sedang dilanda rasa yang sama, ketahuilah bahwa itu semua adalah ujian.
Ketika kita mengucapkan nama seseorang istimewa dalam doa kita, ketika kita
terus memikirkan seseorang istimewa bukan memikirkan Allah, ketika kita
merindukan seseorang istimewa bukan merindukan waktu berdua dengan Allah, itu
semua ujian. Seharusnya, ketika rasa itu hadir pada kita, kita merasa takut.
Takut tiap kali bertemu dengannya. Takut tiap kali terlintas tentangnya di
pikiran dan benak kita. Takut tiap kali terlibat percakapan dengannya. Kenapa
takut? Takut terbuai ‘cinta yang tidak halal’.
Seorang
pria yang baik bukan yang manis kata-katanya, manis perbuatannya, manis
janji-janjinya. Juga bukan yang setiap saat ngajak chattingan atau teleponan, bukan yang setiap malam minggu ngajak
pergi keluar, bukan yang setiap ulang tahun ngasih kejutan-kejutan manis,
tetapi pria yang tau betapa rapuh hati wanita. Betapa benteng yang telah dibangun
dengan susah payah bisa hancur berkeping-keping hanya oleh satu sentuhan.
Betapa wanita bingung dan resah tiap kali rasa itu hadir dalam benaknya. Maka
seorang pria yang tau betapa rapuhnya hati wanita akan menjaga setiap
perkataannya agar tidak membuat para wanita baper dan menjaga untuk chattingan hanya apabila ada keperluan
yang penting.
Teruntuk
temanku, M, Allah knows you’ve done your
best. Allah knows that you regret
everything you feel, but everything happens for a reason. Ujian Dia berikan
untuk menguji keistiqomahanmu dalam hijrahmu, Kawan. Air matamu itu sudah cukup
menjadi bukti betapa kamu menyesali semuanya. Mungkin Allah hadirkan ujian ini
untuk menyadarkanku, bahwa wanita sepertimu memang ada, bahwa sudah saatnya
bagiku membalas budimu yang waktu itu menguatkanku meskipun kurasa aku tidak
cukup mampu melakukannya. Akan tetapi Allah Maha Kuat, dan dia akan
menguatkanmu, dan Dia tidak akan mengujimu melampaui kemampuanmu. Allah
mengujimu karena Allah sayang padamu. Semangat kawanku, semoga kita dikuatkan
dalam proses kita istiqomah dalam hijrah yang telah kita niatkan. Inshaa Allah…