Kamis, 10 Agustus 2017

Allah Hadirkan Rasa untuk Menguji


Untuk kalian semua, remaja di seluruh Indonesia, di seluruh dunia, pernahkah merasakan yang namanya jatuh cinta? Oke, mungkin beberapa kalian masih bingung apa yang disebut jatuh cinta itu. Sekarang, aku ganti pertanyaannya. Pernahkah kalian merasa jantung kalian berdebar setiap kali bertemu seseorang? Pernahkah kalian merasa canggung setiap berbicara dengan seseorang? Pernahkah kalian rasakan rindu melanda dengan garangnya? Pernahkah kalian tertawa-tawa sendiri tiap kali mengingat momen bersamanya? Nah, itu tandanya.
Aku punya seorang teman yang sangaat baik, inisialnya M. Dia sangat manis dengan pipi tembam yang dihiasi lesung pipi, yang selalu kusebut ‘kawah meteor’ untuk menjahilinya. Jadi, ceritanya, waktu itu kita belum terlalu dekat. Masih awal-awal masa perkuliahan tahun pertama. Akan tetapi, entah kenapa, aku rasanya enjoy aja cerita banyak hal kedia, sampai akhirnya dia cerita bahwa dirinya pernah pacaran dan dia sangat menyesali itu. Dia berharap, kalau bisa kembali ke masa itu, dia tidak akan pacaran. Aku senang banget, akhirnya menemukan teman yang berprinsip sama denganku. Aku masih ingat waktu itu dia bilang, “Sih, coba waktu itu aku tidak pacaran. Kita samaan deh.”
Sejak saat itu dia tidak ingin terjebak dalam lingkar tipu daya yang bernama ‘cinta yang tidak halal’, sama sepertiku. Pokoknya kita saling tahu menahu, kita tidak ingin terjebak ke dalam hal yang seperti itu. Hebatnya, dia langsung tau setiap saat aku khilaf, dan selalu mengingatkanku dengan cara baik-baik namun tegas dan Alhamdulillah mampu membuatku sadar bahwa aku telah keluar jalur. Aku beruntung banget punya teman sepertinya.
Kejadian yang tidak terduga terjadi padanya beberapa hari terakhir. Teman masa SMA-nya datang, teman yang dia kagumi karena sikapnya yang bisa memperlakukan wanita dengan baik. Akan tetapi, setelah mendengar keseluruhan cerita tentang teman laki-laki M, aku merasa temannya itu sepertinya telah berubah selama setahun terakhir ketika mereka tidak bertemu. Bagaimana tidak, mereka bertemu dan sepanjang pertemuan mereka, teman laki-laki M yang akan kusebut X melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. X memberi perhatian lebih, melakukan hal-hal kecil yang begitu manis, mengucapkan kata-kata manis yang tidak semestinya kepada M. M merasa bentengnya runtuh. Dia menceritakan segalanya padaku lewat LINE call dan aku bisa tau dia nangis kejer selama menceritakan kejadian itu. Aku bisa tau dia menyesal banget, dia bingung, tapi dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak baper.
Aku pernah berada pada situasi yang sama. Akan tetapi, bedanya, M jauh lebih baik daripada aku. Ketika itu, aku justru merasa senang, sampai tertawa-tawa sendiri. Kesal sih, tapi senang juga. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa semua itu adalah ujian. Ya, kurasa M telah diuji oleh Allah karena keputusannya untuk hijrah, untuk menjadi lebih baik. Kurasa Allah ingin tau seberapa lama dia akan bertahan pada pilihannya untuk hijrah. Akankah dia bangkit dan membangun benteng pertahanannya lagi, ataukah dia akan membiarkan dirinya hanyut terbawa arus tipu daya ‘cinta yang tidak halal’?
Teman-temanku, wanita yang sedang dilanda rasa yang sama, ketahuilah bahwa itu semua adalah ujian. Ketika kita mengucapkan nama seseorang istimewa dalam doa kita, ketika kita terus memikirkan seseorang istimewa bukan memikirkan Allah, ketika kita merindukan seseorang istimewa bukan merindukan waktu berdua dengan Allah, itu semua ujian. Seharusnya, ketika rasa itu hadir pada kita, kita merasa takut. Takut tiap kali bertemu dengannya. Takut tiap kali terlintas tentangnya di pikiran dan benak kita. Takut tiap kali terlibat percakapan dengannya. Kenapa takut? Takut terbuai ‘cinta yang tidak halal’.
Seorang pria yang baik bukan yang manis kata-katanya, manis perbuatannya, manis janji-janjinya. Juga bukan yang setiap saat ngajak chattingan atau teleponan, bukan yang setiap malam minggu ngajak pergi keluar, bukan yang setiap ulang tahun ngasih kejutan-kejutan manis, tetapi pria yang tau betapa rapuh hati wanita. Betapa benteng yang telah dibangun dengan susah payah bisa hancur berkeping-keping hanya oleh satu sentuhan. Betapa wanita bingung dan resah tiap kali rasa itu hadir dalam benaknya. Maka seorang pria yang tau betapa rapuhnya hati wanita akan menjaga setiap perkataannya agar tidak membuat para wanita baper dan menjaga untuk chattingan hanya apabila ada keperluan yang penting.

Teruntuk temanku, M, Allah knows you’ve done your best. Allah knows that you regret everything you feel, but everything happens for a reason. Ujian Dia berikan untuk menguji keistiqomahanmu dalam hijrahmu, Kawan. Air matamu itu sudah cukup menjadi bukti betapa kamu menyesali semuanya. Mungkin Allah hadirkan ujian ini untuk menyadarkanku, bahwa wanita sepertimu memang ada, bahwa sudah saatnya bagiku membalas budimu yang waktu itu menguatkanku meskipun kurasa aku tidak cukup mampu melakukannya. Akan tetapi Allah Maha Kuat, dan dia akan menguatkanmu, dan Dia tidak akan mengujimu melampaui kemampuanmu. Allah mengujimu karena Allah sayang padamu. Semangat kawanku, semoga kita dikuatkan dalam proses kita istiqomah dalam hijrah yang telah kita niatkan. Inshaa Allah…
Share:

Rabu, 02 Agustus 2017

Resensi Novel "The Girl On The Train"

Judul Buku                       : The Girl On The Train
Nama Pengarang             : Paula Hawkins
Penerjemah                      : Ingrid Nimpoeno
Penyunting                       : Rina Wulandari
Nama Penerbit                 : Noura Books
Ketebalan Buku               : 431 halaman
Tahun Terbit                     : Cetakan I, Agustus 2015
                                            Cetakan II, September 2016

The Girl On The Train merupakan novel thriller pertama yang ditulis Paula Hawkins, menceritakan tentang seorang wanita bernama Rachel yang setiap hari berpergian naik kereta, melewati depan rumah nomor lima belas yang selalu mengundang perhatiannya. Rumah tersebut dihuni sepasang suami-istri yang menurutnya nyaris sempurna, hingga suatu tragedi terjadi dan tidak hanya mengubah seluruh pandangannya tentang sepasang suami istri itu tetapi juga mengubah hidupnya sejak dirinya memutuskan ikut campur dalam mencari tau kebenaran dibalik tragedi yang terjadi.
Sebagai seorang penulis Paula Hawkins sangat apik dalam menyusun rangkaian plot dari awal hingga akhir. Alur maju mundur dengan disertai keterangan waktu membuat pembaca mudah menikmati setiap peristiwa yang terjadi. Tidak hanya lihai menyusun plot, Paula Hawkins juga lihai dalam merangkai narasi yang sangat mendominasi sehingga membantu pembaca dalam membangun imajinasi yang begitu kaya. Penggambaran sosok Rachel yang seorang alkoholik sangat mendalam, begitu pula sosok Megan dan Anna yang muncul dengan karakter yang mampu membuat pembaca geram tapi juga mengundang simpati. Meskipun sangat minim dialog, cerita yang disampaikan terasa cukup hidup.
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang ke-aku-an dan ke-dia-an. Ide Paula Hawkins untuk mengganti pemeran ‘aku’ beberapa kali sepanjang cerita merupakan ide yang cerdas. Ide ini memberi kesempatan bagi pembaca untuk lebih mengenal karakter tokoh wanita; Rachel, Megan, dan Anna sekaligus membuat pembaca tertarik untuk ikut menyelidiki dalang dibalik tragedi yang terjadi. Akhir cerita yang diluar dugaan membuat cerita ini sulit dilupakan dan mampu membuat pembaca menyesal karena buru-buru selesai menikmati cerita ini.
Sebagai novel thriller, The Girl On The Train menyuguhkan cukup banyak kejutan dari pertengahan cerita hingga akhir. Bukan lewat adegan-adegan yang terlalu sadis tetapi lewat munculnya petunjuk-petunjuk kebenaran tragedi yang jauh dari perkiraan para pembaca. Buku ini pantas mendapat rate D (dewasa) karena beberapa gambaran adegan dewasa meskipun tidak seerotis penggambaran di film.
Jika Anda menyukai akhir hidup yang bahagia dari sebuah cerita, jangan berharap hal yang sama dari buku ini. Dari awal, dibandingkan kebahagiaan, cerita lebih didominasi kesedihan yang bahkan tersirat di balik penggambaran kehidupan keluarga kecil yang bahagia. Akhir cerita terfokus pada kisah hidup Rachel sebagai tokoh utama, dan Anna yang ikut terlibat dalam adegan penyelesaian kasus.

Share: