Minggu, 10 September 2017

BERITA BESAR: PENEMUAN VIRUS TERBARU YANG MENYERANG HAMPIR SETIAP MANUSIA MASA KINI!


Pernah sakit flu? Apa patogen penyebab penyakitnya? Virus.
Pernah sakit cacar? Apa patogen penyebab penyakitnya? Virus.
Pernah sakit herpes? Apa patogen penyebab penyakitnya? Virus.
Kalau penyakit yang ditandai dengan gejala susah bangun dari tempat tidur, lebih suka berdiam diri di suatu tempat dan tidak melakukan apa-apa, kira-kira penyebabnya apa ya? Virus, kah?
Ya, uraian diatas merupakan gejala dari penyakit yang disebabkan oleh virus, virus M namanya, atau virus MAGER! Fenomena ke-mager-an seolah menjadi sesuatu yang sangat biasa, saking banyaknya orang pernah mengalami hal ini. Awalnya aku merasa biasa aja, menganggap mager hal yang wajar. Sampai aku sendiri merasakan penyakit yang disebabkan oleh virus ganas satu ini, sampai pusing memikirkan apa penawar tepat yang bisa menyembuhkanku dari penyakit ini.
Sejak dulu, aku bukan tipe orang yang aktif dikegiatan non-akademik. Bisa dibilang hal langka bagiku untuk punya teman di sekolah selain teman sekelas. Hal ini terus berlanjut sampai saat ini, sampai pada detik aku menulis cerita ini. Aku selalu merasa ragu untuk terlalu terlibat dalam hal apapun yang berbau non-akademik, yang berpotensi membuatku harus memilih salah satu, dan pasti aku memilih hal terkait akademik. Itu pasti. Seperti sudah otomatis.
Menginjak masa kuliah, ada keinginan dalam diri untuk berubah. Ada rasa, masa iya aku mau gini-gini aja? Masa iya udah kuliah tapi kualitas diri masih segitu-segitu aja? Akhirnya kuputuskan untuk mengikuti beberapa kegiatan non akademik. Yang pertama adalah kuputuskan mengikuti komunitas mengajar di kampus, sebab aku suka mengajar. Namun kemudian semakin hari aku semakin merasa komitmenku melemah, tidak sekuat dahulu ketika aku berusaha untuk bisa menjadi bagian dari komunitas itu. Aku menjadi sering menghilang, berusaha untuk tidak bertemu orang-orang komunitas itu di kampus, dan tidak membalas pesan-pesan dari mereka. Benar-benar seperti aku menghilang dari peradaban.
Kedua, aku memutuskan ikut unit sastra, sebab aku suka menulis dan membaca, bukan karena selera sastraku tinggi, karena seleraku standar-standar saja. Awalnya aku antusias, namun karena beberapa hal salah satunya kegiatan unit yang mulai hidup menjelang malam, akhirnya aku menjadi anggota yang sangat pasif. Kegiatan unit yang kuikuti hanya submisi karya, dan aku hanya tiga kali mengunjungi sekre unit itu: pada pertemuan pertama, pada saat wawancara dengan ketua unit, dan pada malam penghargaan karena Alhamdulillah aku dianugerahi penghargaan Karya Puisi Terbaik. Setelahnya? Aku menghilang lagi.
Ketiga, aku menjadi koordinator salah satu divisi pada acara pengabdian masyarakat yang berlangsung selama satu semester. Aku benar-benar ikut serta dalam kegiatan itu, dan aku akui fokusku dalam kuliah menjadi benar-benar kacau. Aku mulai berani buka hp di kelas untuk bales chat, aku selalu tidur setelah lewat tengah malam dan akhirnya selalu mengantuk di kelas. Nilaiku? Jangan ditanya lagi, sudah pasti turun. Akan tetapi, jujur dalam hatiku yang terdalam, aku tidak menyesal.
Keempat, aku pernah hendak mengikuti kepanitiaan terpusat, salah satu kepanitiaan terbesar di kampus. Anehnya, setiap waktu diklat panlap, aku selalu sakit. Akhirnya, aku memutuskan mengundurkan diri.
Dan dekat-dekat ini, sebenarnya aku terlibat dua hal, terkait komunitas mengajar dan unit sastra yang kuikuti. Kebetulan, ada teman satu jurusan yang juga mengikuti keduanya dan sangat aktif. Sekitar dua hari yang lalu, temanku sebut saja X mengajakku bicara tentang keterlibatanku. Dia memberiku nasihat, tentang aku yang tiba-tiba menghilang. Aku pun cukup kaget karena dia membahas hal ini. Diakhir, dia mengajakku untuk ikut acara penerimaan anggota baru unit. Sudah aku niatkan untuk datang, tapi akhirnya aku tidak datang. Sampai aku tidak membalas chat dari X pada siang hari menjelang acara dimulai. Bahkan beberapa hari sebelumnya aku tiba-tiba tidak jadi mengikuti wawancara dan microteaching untuk menjadi pengajar anak SMP, SMA. Berbeda dengan cerita sebelumnya, semua terjadi bukan karena aku sibuk, tapi karena aku MAGER! Dan selalu, diakhir aku merasa menyesal dan baru sadar bahwa hanya karena mager, aku kehilangan semua kesempatan itu, dan berujung pada penyesalan.
Aku cerita pada Mama, dan Mama memberiku beberapa nasihat. 
Satu yang terpenting adalah motivasi, sebab pendirian seseorang tidak akan mudah goyah jika ada pilar motivasi dibalik semua itu. 
Bahkan Mama sampai bercerita bahwa waktu SMA, Mama sampai rela pulang sekolah jalan kaki demi bisa beli es dawet durian. Sederhana memang, tapi motivasi yang kuat itu yang utama.
Maka, kawan-kawanku semua, jika kalian sama sepertiku, masih sering terserang mager, yuk coba bangkit! Mulai coba banyak hal, cari apa yang kamu suka, kembangkan hobi yang dimiliki, karena masa muda yang kita miliki benar-benar sangat berharga.
Apabila kamu sama sepertiku, yang lebih cenderung pada hal akademik dibandingkan non-akademik, menurutku tidak masalah. 
Jangan terlalu bandingkan dirimu dengan mereka yang bisa aktif berorganisasi dan melibatkan diri dalam kegiatan non-akademik namun kualitas akademiknya juga bagus. Itu potensi yang dia miliki, dan kamu punya potensimu sendiri. 
Akan tetapi, jika kamu ingin mencoba untuk bisa menyeimbangkan keduanya, selamat berjuang! Semoga sukses!
Intinya adalah, setiap diri dari kita itu berpotensi. Dan virus mager bila terus dipelihara bisa menurunkan potensi yang kita miliki. Nah, pilihan ada pada kita: mau berdiam diri membiarkan potensi terus terkikis atau berjuang menjadi versi terbaik dari diri sendiri? Tentukan pilihanmu…. Sekarang!



Share:

Kamis, 10 Agustus 2017

Allah Hadirkan Rasa untuk Menguji


Untuk kalian semua, remaja di seluruh Indonesia, di seluruh dunia, pernahkah merasakan yang namanya jatuh cinta? Oke, mungkin beberapa kalian masih bingung apa yang disebut jatuh cinta itu. Sekarang, aku ganti pertanyaannya. Pernahkah kalian merasa jantung kalian berdebar setiap kali bertemu seseorang? Pernahkah kalian merasa canggung setiap berbicara dengan seseorang? Pernahkah kalian rasakan rindu melanda dengan garangnya? Pernahkah kalian tertawa-tawa sendiri tiap kali mengingat momen bersamanya? Nah, itu tandanya.
Aku punya seorang teman yang sangaat baik, inisialnya M. Dia sangat manis dengan pipi tembam yang dihiasi lesung pipi, yang selalu kusebut ‘kawah meteor’ untuk menjahilinya. Jadi, ceritanya, waktu itu kita belum terlalu dekat. Masih awal-awal masa perkuliahan tahun pertama. Akan tetapi, entah kenapa, aku rasanya enjoy aja cerita banyak hal kedia, sampai akhirnya dia cerita bahwa dirinya pernah pacaran dan dia sangat menyesali itu. Dia berharap, kalau bisa kembali ke masa itu, dia tidak akan pacaran. Aku senang banget, akhirnya menemukan teman yang berprinsip sama denganku. Aku masih ingat waktu itu dia bilang, “Sih, coba waktu itu aku tidak pacaran. Kita samaan deh.”
Sejak saat itu dia tidak ingin terjebak dalam lingkar tipu daya yang bernama ‘cinta yang tidak halal’, sama sepertiku. Pokoknya kita saling tahu menahu, kita tidak ingin terjebak ke dalam hal yang seperti itu. Hebatnya, dia langsung tau setiap saat aku khilaf, dan selalu mengingatkanku dengan cara baik-baik namun tegas dan Alhamdulillah mampu membuatku sadar bahwa aku telah keluar jalur. Aku beruntung banget punya teman sepertinya.
Kejadian yang tidak terduga terjadi padanya beberapa hari terakhir. Teman masa SMA-nya datang, teman yang dia kagumi karena sikapnya yang bisa memperlakukan wanita dengan baik. Akan tetapi, setelah mendengar keseluruhan cerita tentang teman laki-laki M, aku merasa temannya itu sepertinya telah berubah selama setahun terakhir ketika mereka tidak bertemu. Bagaimana tidak, mereka bertemu dan sepanjang pertemuan mereka, teman laki-laki M yang akan kusebut X melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. X memberi perhatian lebih, melakukan hal-hal kecil yang begitu manis, mengucapkan kata-kata manis yang tidak semestinya kepada M. M merasa bentengnya runtuh. Dia menceritakan segalanya padaku lewat LINE call dan aku bisa tau dia nangis kejer selama menceritakan kejadian itu. Aku bisa tau dia menyesal banget, dia bingung, tapi dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak baper.
Aku pernah berada pada situasi yang sama. Akan tetapi, bedanya, M jauh lebih baik daripada aku. Ketika itu, aku justru merasa senang, sampai tertawa-tawa sendiri. Kesal sih, tapi senang juga. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa semua itu adalah ujian. Ya, kurasa M telah diuji oleh Allah karena keputusannya untuk hijrah, untuk menjadi lebih baik. Kurasa Allah ingin tau seberapa lama dia akan bertahan pada pilihannya untuk hijrah. Akankah dia bangkit dan membangun benteng pertahanannya lagi, ataukah dia akan membiarkan dirinya hanyut terbawa arus tipu daya ‘cinta yang tidak halal’?
Teman-temanku, wanita yang sedang dilanda rasa yang sama, ketahuilah bahwa itu semua adalah ujian. Ketika kita mengucapkan nama seseorang istimewa dalam doa kita, ketika kita terus memikirkan seseorang istimewa bukan memikirkan Allah, ketika kita merindukan seseorang istimewa bukan merindukan waktu berdua dengan Allah, itu semua ujian. Seharusnya, ketika rasa itu hadir pada kita, kita merasa takut. Takut tiap kali bertemu dengannya. Takut tiap kali terlintas tentangnya di pikiran dan benak kita. Takut tiap kali terlibat percakapan dengannya. Kenapa takut? Takut terbuai ‘cinta yang tidak halal’.
Seorang pria yang baik bukan yang manis kata-katanya, manis perbuatannya, manis janji-janjinya. Juga bukan yang setiap saat ngajak chattingan atau teleponan, bukan yang setiap malam minggu ngajak pergi keluar, bukan yang setiap ulang tahun ngasih kejutan-kejutan manis, tetapi pria yang tau betapa rapuh hati wanita. Betapa benteng yang telah dibangun dengan susah payah bisa hancur berkeping-keping hanya oleh satu sentuhan. Betapa wanita bingung dan resah tiap kali rasa itu hadir dalam benaknya. Maka seorang pria yang tau betapa rapuhnya hati wanita akan menjaga setiap perkataannya agar tidak membuat para wanita baper dan menjaga untuk chattingan hanya apabila ada keperluan yang penting.

Teruntuk temanku, M, Allah knows you’ve done your best. Allah knows that you regret everything you feel, but everything happens for a reason. Ujian Dia berikan untuk menguji keistiqomahanmu dalam hijrahmu, Kawan. Air matamu itu sudah cukup menjadi bukti betapa kamu menyesali semuanya. Mungkin Allah hadirkan ujian ini untuk menyadarkanku, bahwa wanita sepertimu memang ada, bahwa sudah saatnya bagiku membalas budimu yang waktu itu menguatkanku meskipun kurasa aku tidak cukup mampu melakukannya. Akan tetapi Allah Maha Kuat, dan dia akan menguatkanmu, dan Dia tidak akan mengujimu melampaui kemampuanmu. Allah mengujimu karena Allah sayang padamu. Semangat kawanku, semoga kita dikuatkan dalam proses kita istiqomah dalam hijrah yang telah kita niatkan. Inshaa Allah…
Share:

Rabu, 02 Agustus 2017

Resensi Novel "The Girl On The Train"

Judul Buku                       : The Girl On The Train
Nama Pengarang             : Paula Hawkins
Penerjemah                      : Ingrid Nimpoeno
Penyunting                       : Rina Wulandari
Nama Penerbit                 : Noura Books
Ketebalan Buku               : 431 halaman
Tahun Terbit                     : Cetakan I, Agustus 2015
                                            Cetakan II, September 2016

The Girl On The Train merupakan novel thriller pertama yang ditulis Paula Hawkins, menceritakan tentang seorang wanita bernama Rachel yang setiap hari berpergian naik kereta, melewati depan rumah nomor lima belas yang selalu mengundang perhatiannya. Rumah tersebut dihuni sepasang suami-istri yang menurutnya nyaris sempurna, hingga suatu tragedi terjadi dan tidak hanya mengubah seluruh pandangannya tentang sepasang suami istri itu tetapi juga mengubah hidupnya sejak dirinya memutuskan ikut campur dalam mencari tau kebenaran dibalik tragedi yang terjadi.
Sebagai seorang penulis Paula Hawkins sangat apik dalam menyusun rangkaian plot dari awal hingga akhir. Alur maju mundur dengan disertai keterangan waktu membuat pembaca mudah menikmati setiap peristiwa yang terjadi. Tidak hanya lihai menyusun plot, Paula Hawkins juga lihai dalam merangkai narasi yang sangat mendominasi sehingga membantu pembaca dalam membangun imajinasi yang begitu kaya. Penggambaran sosok Rachel yang seorang alkoholik sangat mendalam, begitu pula sosok Megan dan Anna yang muncul dengan karakter yang mampu membuat pembaca geram tapi juga mengundang simpati. Meskipun sangat minim dialog, cerita yang disampaikan terasa cukup hidup.
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang ke-aku-an dan ke-dia-an. Ide Paula Hawkins untuk mengganti pemeran ‘aku’ beberapa kali sepanjang cerita merupakan ide yang cerdas. Ide ini memberi kesempatan bagi pembaca untuk lebih mengenal karakter tokoh wanita; Rachel, Megan, dan Anna sekaligus membuat pembaca tertarik untuk ikut menyelidiki dalang dibalik tragedi yang terjadi. Akhir cerita yang diluar dugaan membuat cerita ini sulit dilupakan dan mampu membuat pembaca menyesal karena buru-buru selesai menikmati cerita ini.
Sebagai novel thriller, The Girl On The Train menyuguhkan cukup banyak kejutan dari pertengahan cerita hingga akhir. Bukan lewat adegan-adegan yang terlalu sadis tetapi lewat munculnya petunjuk-petunjuk kebenaran tragedi yang jauh dari perkiraan para pembaca. Buku ini pantas mendapat rate D (dewasa) karena beberapa gambaran adegan dewasa meskipun tidak seerotis penggambaran di film.
Jika Anda menyukai akhir hidup yang bahagia dari sebuah cerita, jangan berharap hal yang sama dari buku ini. Dari awal, dibandingkan kebahagiaan, cerita lebih didominasi kesedihan yang bahkan tersirat di balik penggambaran kehidupan keluarga kecil yang bahagia. Akhir cerita terfokus pada kisah hidup Rachel sebagai tokoh utama, dan Anna yang ikut terlibat dalam adegan penyelesaian kasus.

Share:

Minggu, 30 Juli 2017

Allah Knows The Best

Setiap manusia pasti menginginkan yang terbaik dalam hidupnya, dan mereka punya tujuan yang ingin dicapai. Satu tujuan tercapai, tercipta tujuan yang lain. Bahkan bagi beberapa orang, membuat rencana jangka panjang itu hal yang sangat penting. Aku lebih suka membuat rencana jangka pendek, rencana tahunan. Biasanya kubuat list dan kusimpan untuk diriku sendiri. Saking fokusnya pada rencana yang dibuat, terkadang membuat kita sebagai manusia terlalu terpuruk ketika hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Mungkin beberapa orang belum bisa menerima dengan sepenuh hati tentang ujaran bahwa Allah tau yang terbaik. Aku pribadi, aku sangat percaya akan hal itu. Kenapa? Aku percaya karena suatu pengalaman berharga yang kualami beberapa tahun yang lalu.
Aku suka banget menulis. Aku mulai menulis sejak kelas 2 SD. Aku suka banget dongeng tentang putri dan kerajaan, dan hal-hal fantasi lainnya. Aku menulis apapun yang aku lihat, apapun yang aku rasakan. Kalau bisa dikumpulkan, buku diariku pasti banyak banget, belum ditambah buku tulis yang biasa aku pakai untuk membuat cerpen atau cerita yang lebih panjang.
Aku mulai serius menulis ketika SMP. Aku punya suatu tujuan yang bisa disebut itu tujuan yang sangat penting. Aku ingin bisa menerbitkan cerita yang aku tulis. Kebetulan aku tau kalau Penerbit Mizan membuka lini yang merima naskah anak-anak yaitu KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) dan lini yang menerima naskah remaja yaitu PBC (Pink Berry Club). Awalnya aku menulis dengan tujuan tembus lini KKPK, tapi aku sudah berumur 13 tahun sehingga aku tidak bisa mengirim ke sana. Akhirnya naskah yang kutulis hampir 2 tahun, dengan revisi yang sudah tidak terhitung lagi, dengan bantuan Papa yang bolak-balik kirim bahan revisi lewat email karena waktu itu beliau kerja di tempat yang jauh, akhirnya naskah itu selesai. Aku ke tempat rental komputer untuk nge-print lalu ke kantor pos sendiri. Aku ngirim naskah itu akhir bulan Desember tahun 2013, ketika aku kelas 3 SMP.
Sejak ngirim naskah itu, aku tidak pernah melewatkan sehari memikirkan bagaimana nasib naskahku itu di meja editor. Aku bolak balik telepon ke sana untuk menanyakan status naskah, sampai Mama marah karena hal itu bikin aku tidak fokus sekolah, padahal waktu itu hampir UN SMP. Kata Mama, kalau waktunya pengumuman juga pasti bakal dikasih tau. Ya sudah, aku berusaha sabar.
Sudah hampir setahun naskah aku tidak kabar. Mending kalau ada kabar, sekalipun ditolak, ini tidak ada kabar sama sekali. Akhirnya aku telepon lagi ke sana dan ternyata naskah aku nyasar. Jadi naskah aku nyasar ke lini KKPK, dengan antrian ke meja editor yang lebih panjang, dan mungkin bakal langsung ditolak karena umurku udah lewat dari ketentuan. Kata petugas yang ngangkat telepon aku, naskah aku bagus untuk KKPK. Entah kenapa aku langsung berpikir, mungkinkah tidak cukup bagus untuk PBC which means naskah aku ditolak? Ternyata katanya masih harus beberapa bulan di meja editor. Aku mencoba sabar, dan aku menunggu lagi, dari awal.
Sekitar 7 bulan kemudian, ketika aku sedang buka email, ada satu pesan dan aku deg-degan banget waktu baca judulnya karena itu berkaitan dengan pengumuman naskah PBC dan aku masih inget gimana speechless-nya aku pas tau naskahku bakal terbit! Mama senang banget pas denger itu, apalagi Papa. Benar-benar dream comes true!
Dan akhirnya… buku solo pertamaku yang berjudul A Dreamer And The Hard Life resmi terbit Oktober 2014, waktu aku kelas 2 SMA. Menunggu 2 tahun itu… terasa sangat lama buat aku. Untungnya sejak aku kecil, Mama selalu mengajarkan tentang mencari hikmah dibalik segala hal yang terjadi. Karena kalau kita tau hikmah dibalik semua itu, kita bakal nangis, terharu, kita bakal sadar kalau Allah tuh sayang banget sama kita.
Jadi aku berjilbab Alhamdulillah ketika aku naik kelas 2 SMA. Dan ketika aku kirim naskah itu aku pakai fotoku yang belum pake jilbab. Sebelum terbit, aku dibolehin untuk ganti foto, kalau mau. Karena waktu itu aku sudah pakai jilbab, aku kirim fotoku yang sudah pake jilbab. Sampai sekarang aku masih tidak bisa membayangkan gimana kalau buku itu langsung terbit saat itu juga, atau terbit ketika aku belum pake jilbab dan fotoku yang belum berjilbab itu tersebar luas dan ratusan bahkan mungkin ribuan orang melihat, sudah sebanyak apa dosa yang harus aku tanggung.
Ketika aku sadar hal itu untuk pertama kali, aku nangis sejadi-jadinya. Aku yakin aku bakal stress kalau aku terus terusan dihantui dosa-dosa yang sebanyak itu dan bakal terus bertambah bahkan ketika aku udah di alam kubur sekalipun.

Kadang kita ngerasa Allah jahat, tidak adil, padahal Dia sedang berusaha melindungi kita dari hal yang bisa jadi akan kita sesali nantinya. Allah tidak pernah berkata tidak. Dia akan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya, atau memberi yang terbaik, karena hanya Dia yang tau apa yang terbaik untuk kita. 
Share:

Rabu, 07 Juni 2017

Lelucon Tanggal Merah dan Fakta dalam Sejarah

Agama-agama yang diakui di Indonesia: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu
Pernyataan diatas, apabila saya tidak salah ingat, pertama kali saya tau saat saya masih berseragam merah-putih, spesifiknya lewat buku RPUL yang pada masa saya sedang hits-hitsnya hingga hampir semua murid sekolah dasar punya. Ketika itu saya kelas 3 SD, dan kami wajib hapal hal-hal penting terkait agama-agama tersebut seperti kitab suci, tempat ibadah, dan tidak lupa hari besar keagamaan yang juga dinyatakan sebagai hari libur nasional. Saya masih ingat betul waktu itu Bu Desi, wali kelas saya berkata, “Kita harus bersyukur lho di Indonesia ini agama yang diakui banyak.” Kemudian salah seorang murid membalas,”Kok begitu, Bu?” 
“Ketika umat muslim dapat libur lebaran, umat beragama lain juga libur. Ketika umat Katolik dan Protestan libur Natal dan Paskah, umat bergama lain juga libur. Coba kalau agama yang diakui hanya satu, hari libur nasionalnya jadi sedikit, kan.”
Karena saat itu saya dan teman-teman masih kecil dan sangat menyukai hari libur, kami serempak mengiyakan, meng-oh-kan, sembari mengangguk-angguk. Sejak saat itu saya memandang kelebihan keberagaman hanya sebatas menambah hari libur.
Beranjak dewasa, saya mengenal pelajaran Sejarah. Sejak SMP materi Sejarah yang diberikan sangat banyak, dan saya berpikir bahwa sejarah itu untuk dihafal, dihafal agar nilai ujian bagus dan dapat peringkat satu di kelas. Pemikiran itu terus berlanjut hingga saya SMA. Saya anak IPA ketika SMA, dan saya heran setengah mati ketika tau saya masih harus belajar Sejarah selama tiga tahun dan materi yang diberikan bisa dibilang ‘itu-itu’ lagi. Tentang manusia purba, sejarah kerajaan Hindu-Buddha-Islam di Indonesia, penjajahan, dan kemerdekaan, mungkin dengan materi yang lebih dalam, namun intinya sama saja. Teori bahwa ‘sejarah itu untuk dihafal, dihafal agar nilai ujian bagus dan dapat peringkat satu’ masih saya gunakan, sampai saya lulus dan bisa menjadi bagian dari institut terbaik bangsa.
Sekarang, mari tengok realita di sekitar kita. Sadarkah kalian tentang keadaan Indonesia sekarang? Sadarkah kalian bahwa Indonesia kini mulai terancam keberadaannya? Rasisme dimana-mana, rasa dan sikap toleran antar umat beragama menurun. Seperti itukah Indonesia yang diharapkan oleh kita? Seperti itukah Indonesia yang diharapkan para pahlawan bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan? 
Saya tau, kalian tau, kita semua tau bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan lebih dari 17000 pulau besar dan kecil, menjadikan Indonesia negara yang begitu kaya dengan keberagaman suku, ras, bahasa, budaya, dan agama. Tidak akan ada yang tidak setuju dengan itu. Bayangkan saja, ada lebih dari 500 bahasa dan 1300 suku bangsa di Indonesia. Dan sadarkah kalian, bahwa Indonesia yang sekarang telah merdeka-katakanlah demikian-merupakan buah dari keberagaman?
Bhinneka Tunggal Ika, sebuah mantra pemersatu bangsa, semboyan kebanggaan yang ditemukan pada Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular  pada abad XV pada era Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular sejatinya merupakan seorang penganut Buddha Tantrayana yang merasa tentram dan aman hidup dalam Kerajaan Majapahit yang bernapaskan Hindu pada masa itu. Pada Kerjaan Sriwijaya pun terjadi hal yang sama. Hal ini menjadi gambaran bahwa bahkan sebelum Indonesia merdeka, sebelum istilah ‘Indonesia’ dicetuskan, sebelum mereka mengenal persatuan pun hidup damai antar umat beragama pun sudah menjadi hal biasa.
Mari kita telusuri lagi sejarah bangsa Indonesia. Pada awal abad XVI, penjajah mulai datang. Portugis adalah yang pertama, disusul Spanyol, Belanda, kemudian Jepang. Ingatkah kalian bahwa sebelum abad XX semua perang melawan penjajah yang terjadi bersifat kedaerahan? Ingatkah kalian bahwa sebelum abad XX setiap kerajaan melawan penjajah hanya untuk melindungi dan memperjuangkan daerah kekuasaan mereka saja? Dan ingatkah kalian seperti apa akhirnya? K-A-L-A-H. Sebut saja serangan Kerajaan Demak ke Malaka yang dipimpin Adipati Unus, serangan Kerajaan Aceh ke Malaka yang dipimpin Ali Mughayat Syah dan Alaudin Ri'ayat Syah bahkan pada masa pemerintahan Iskandar Muda tahun 1629, dan perlawanan rakyat Maluku yang berakhir karena perpecahan akibat politik adu domba Belanda. 
Kekalahan yang terjadi memang tidak didasari oleh satu faktor saja, namun kita bisa tarik benang merah dari semua peristiwa kekalahan itu yaitu belum adanya persatuan dan kesatuan sehingga apabila pemimpin mereka wafat dan mengalami kekalahan, perjuangan mereka terhenti sampai di situ. 
Berbeda dengan perjuangan setelah abad XX, ketika semua perlawanan dilakukan bukan lagi atas nama daerah atau suku tertentu melainkan atas nama Indonesia, ketika semua perlawanan digencarkan atas dasar persatuan dan kesatuan, kemenangan bisa diraih hingga tercapailah kemerdekaan. Merdeka bukan jaminan kekalnya persatuan, terbukti pada masa perumusan sila pertama Pancasila, yang semula berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam rangka mencegah separatisme masyarakat beragama Protestan dan Katolik di wilayah Indonesia bagian Timur yang merasa adanya diskriminasi terhadap kaum minoritas.
Apabila kita mundur dan menelusuri kembali asal usul persatuan di Indonesia, persatuan dan kesatuan muncul pada era kebangkitan nasional, ditandai dengan organisasi-organisasi pergerakan nasional yang dipelopori pemuda berintelek. Fakta ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita, pemuda pemudi Indonesia, orang-orang yang berintelek, katanya. Keadaan Indonesia saat ini, yang bisa saya katakan berada diambang kehancuran, apa mau kita biarkan begitu saja? Sama seperti waktu dulu, kita sebagai mahasiswa sekaligus pemuda bangsa Indonesia harus mampu mematik kembali semangat persatuan dan kesatuan. Kita harus sadar bahwa persatuan merupakan salah satu warisan dari para pahlawan bangsa, dan kita berkewajiban untuk mempertahankannya, karena untuk bisa menciptakan persatuan itu butuh perjuangan dan usaha yang begitu luar biasa dan untuk mempertahankan itu membutuhkan usaha yang jauh lebih besar.
Itulah pentingnya mengetahui sejarah. Seperti kutipan pidato terakhir Soekarno, “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.”
Dibalik peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi kita dapat mengambil sebuah pembelajaran berharga, diantaranya mengenai persatuan bangsa dan toleransi umat beragama, bahwa betapa pahlawan-pahlawan Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan, karena sejatinya itulah yang membangun Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Dan satu hal yang pasti, kemerdekaan Indonesia bisa diraih bukan hanya karena jasa suatu suku, bangsa, atau umat suatu agama tertentu, melainkan karena jasa seluruh bangsa Indonesia.

Sekarang saya tau.
Kamu pun tau.
Maka kita harus bergerak.
Berawal dari diri sendiri, untuk Indonesia yang abadi.
Seperti pelangi yang tersusun atas warna yang berbeda-beda
Hilang satu warna saja, bukan pelangi namanya
Sama seperti bangsa Indonesia
Hilang satu saja suku, bangsa, bahasa, ras, budaya maupun agamanya
Bukan Indonesia lagi namanya.
Nah, saya akan bertanya,
Apakah sekarang kita tinggal di Indonesia?


#MozaikPergerakan
#DariKitaUntukIndonesia
#IndonesiaTetapBersatu
Share: