Minggu, 21 September 2014

Fur Alice

Setelah sekian lama menghilang finally I'm back! (Maklumlah, lagi ngejar deadline sana sini.) Dan ini karena tantangan cetar dari kakak@KampusFiksi yang kali ini memberi tantangan #FiksiLaguku . Karangan ini terisnpirasi dari lagu klasik legendaris, Fur Elise yang sekarang biasa dipakai untuk sirene tukang roti itu lho. Oke, langsung aja deh ke cerita di bawah ini! Enjoy reading everyone :)
Fur Alice
Dinginnya udara musim salju menusuk kulitku, membuat kedua tanganku semakin erat meringkuk tubuhku yang mungil. Aku masih merasa cukup nyaman di sini, ditengah kerumunan orang yang mengeluh, karena acara orkestra yang mereka tunggu-tunggu belum juga mulai.
Aula menghangat perlahan. Kurasa, aku akan menonton orchestra ini sampai selesai. Bukan karena ingin numpang menghangatkan diri, melainkan karena ada seseorang, seseorang yang begitu istimewa. Seseorang yang selalu membuat jantungku berdetak lebih cepat ketika menatapnya, seseorang yang selalu membuatku senyum-senyum sendiri saat mengingatnya.
Seseorang berjas hitam keluar dari balik panggung, berjalan pelan menghampiri piano hitam di tengah panggung, lalu mulai memainkan sebuah lagu. “Untuk Beethoven, ini Fur Elise. Tapi untukku, ini Fur Alice,” ucapnya setelah memainkan lagu itu, dengan tangan terangkat, mengarah ke arahku. “Ich liebe dich, Alice.”

M
Tepat 123 kata, ditambah judul jadi 125 kata, karya ini kupersembahkan sepenuh jiwa untuk tantangan #FiksiLaguku :)
Share: