Senin, 05 November 2018

Selamat 4 Tahun!

Tepat empat tahun yang lalu, salah satu hal terbaik dalam hidup kudapatkan. Salah satu mimpi terbesarku, atas kehendak Allah, akhirnya bisa terwujud. Pada umur 15 tahun, novel pertamaku yang berjudul “A Dreamer And The Hard Life” terbit.
Masih bisa kuingat dengan jelas apa yang terjadi pada malam itu. Aku sedang memainkan ponsel, membuka akun Facebook (dulu aku bisa online facebook berjam-jam dalam sehari), lalu aku melihat unggahan pada halaman Pink Berry Club muncul di beranda. Mereka mengunggah foto cover novelku dan memberitaukan bahwa novelku akan segera terbit. Aku langsung loncat dari kursi, berteriak, dan memberitau Mama, Papa, dan saudaraku tentang kabar baik itu. Ah... begitu bahagianya aku pada masa itu.
Darimana datangnya ide untuk menulis kisah “A Dreamer And The Hard Life”?
Jadi... Aku sangat suka badminton, meskipun tidak jago dalam bermain (bahkan bisa dibilang aku tidak bisa bermain badminton). Kalau aku tidak salah ingat, aku mengenal badminton sejak SD, mungkin saat kelas 2 atau kelas 3, dan pertandingan badminton menjadi satu-satunya pertandingan olahraga yang kutonton di televisi. Pada masa itu, aku tidak tau siapa saja atlet yang bertanding, aku tidak peduli siapa yang bertanding. Asalkan dia bertanding atas nama Indonesia, asalkan dia memakai kaos dengan bendera merah putih dan tulisan “Indonesia”, aku akan mendukungnya.
Selain karena menurutku badminton adalah olahraga dengan peraturan yang mudah dipahami, salah satu faktor yang membuatku sangat menyukai badminton adalah karena atlet badminton Indonesia bermain dengan sangat sangat sangat baik! Aksi para atlet badminton Indonesia sangat memesona, tidak pernah absen membuatku berseru kegirangan karena mereka terus memanen kemenangan. Kalau ditanya apakah aku ingat pertandingan apa saja yang kutonton sejak kecil, jujur saja, aku tidak ingat. Satu hal yang paling jelas kuingat adalah layar televisi yang menampilkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jerman dengan skor 5-0 untuk kemenangan telak Indonesia atas Jerman.
Berawal dari suka menonton pertandingan badminton, aku mulai tertarik untuk mencoba, meskipun pada akhirnya tetap saja tidak jago. Aku mulai membayangkan, seperti apa rasanya menjadi atlet? Seperti apa perjuangan yang harus mereka lalui untuk bisa menjadi jawara, untuk bisa mendapat medali emas, untuk bisa membuat Indonesia bangga? Ketika sedang melamun sembari memikirkan hal itu, ide menulis kisah seorang gadis yang dengan gigih berjuang menjadi seorang atlet badminton muncul dan terciptalah karya berjudul “A Dreamer And The Hard Life” ini!
Pada awalnya, aku tidak percaya novelku benar-benar terbit. Aku bahkan masih tidak mempercayai hal itu sampai detik ini, setelah 4 tahun berlalu. Dan hal yang paling tidak kupercaya adalah pesan- pesan dari para pembaca yang mereka kirim lewat roomchat facebook maupun lewat email, pesan-pesan yang sangat manis dan menyulut semangat.
--
A: Bukunya keren banget. Temen aku, namanya X, pernah ikut seleksi Djarum, dia juga kepengen baca buku kakak.
B: Wahhh... Keren! Terima kasih udah baca bukuku, dan semangat untuk X, semoga bisa lolos seleksi hehehe... Dia udah punya bukuku lom?
A: Belom....katanya dia mau nitip atau apa gitu. Aku pernah nawarin, tapi dia bilang dia belum ada kesempatan buat bacanya, soalnya jadwalnya penuh banget. Dia istirahat cuma hari Selasa, jd dia bilang dia mau nitip aja, kapan-kapan. 😋
--
A: Hai,kak Mentari!Namaku XY,panggil saja X.Aku sudah beli buku kakak,lho,yang Pink Berry Club judulnya "A Dreamer And The Hard Life".Keren dan inspiratif banget ceritanya!Two thumbs up for Kak Mentari!
B: Waahh... Terima kasih banyak X sudah beli bukuku 😊seneng deh kalau kamu suka 🙂Tunggu bukuku selanjutnya yaa...
A: Jgn lupa Tag ya kak kalau ada buku baru,kayaknya keren keren
--
A: Ceritanya bagus kak menghibur n menginspirasi. Gambarnya jga bagus mendukung cerita , cuman aku penen tau kalau nheila sma bento kya apa? Hehe ... Pokoknya ceritanya bgus deh
--
A: Kakak, buku kakak bagus banget. Yah, walaupun aku belum punya ... tapi, aku sempet baca sinopsisnya, dan kereeen sekaaliii
Beberapa hari kemudian...
A: Buku Kakak yang A Dreamer And The Hard Life itu seru... aku minjam di perpus sekolah 😀
--
A: konfirmasi pertemanan aku ya, Kak! aku sudah baca buku PBC kakak yang A Dreamer and The Hard Life 😃ceritanya mengharukan
--
A: Haii kak mentari. Aku udh selesai baca buku kakak.. sebnrnya udh dr beberapa hari yg lalu. Minggu lalu deh. Seru bgt kak ceritnya.. tp percakapannya itu terlalu banyak. Ceritanya cocok aja gitu buat remaja.
B: terima kasih sudah membaca dan mengapresiasi 😊
A: aku punya teman cowo.. dia itu susah suruh baca novel.. cm novel tertentu aja yang dia anggap seru.. dan novel kk temasuk.. waktu itu dia yang bilang mau minjam.. aku pinjamin deh.. eh kata dia ceritanya seru kak. 😀
--
Setelah novelku resmi terbit, aku mendapat 5 eksemplar dari penerbit, dan salah satunya kuberikan pada guru Biologi-ku saat SMA, Pak M. Beliau sangat baik, ramah, dan asyik. Beliau merupakan guru di SMA XX yang pertama kali tau bahwa aku suka menulis dan punya mimpi menjadi seorang penulis, dan menjadi yang paling excited ketika tau novel pertamaku telah terbit.
Pada suatu pagi, beliau memanggilku dari depan kelas. Beliau mengatakan bahwa anaknya sangat menyukai novelku, saking sukanya sampai membaca novel itu berkali-kali. Bahkan beliau berujar kalau sejak membaca novelku, sang anak selalu mengajaknya bermain badminton SETIAP PAGI! Aku benar-benar tidak menyangka bahwa novel yang ditulis oleh seorang penulis amatir sepertiku, novel yang butuh waktu 3 tahun untuk bisa terbit, bisa memberi pengaruh sebesar itu. Karena kejadian itu, beliau memintaku menuliskan cerita untuk anaknya, kisah tentang anak yang sehat karena rajin makan sayur, agar anaknya mau makan sayur. Pada saat itu aku menyanggupi, tapi sayang, bahkan sampai aku lulus pun aku tidak sempat menulis kisah itu. Maaf ya Pak L
Tahun 2014 menjadi salah satu tahun terbaik dalam hidupku. Meskipun aku harus pindah sekolah ke salah satu sekolah di kota besar, meskipun aku harus meninggalkan teman-temanku dan beradaptasi di lingkungan baru, ada banyak hal luar biasa yang mengiringinya. Bila aku bisa menghentikan waktu, aku ingin terus hidup pada masa itu. Masa ketika aku benar-benar merasakan betapa indahnya memiliki mimpi dan betapa lengkap hidup yang kumiliki.
Akan tetapi, tentu saja, waktu terus bergulir, detik demi detik, bahkan saat aku menulis tulisan ini. Tentu aku tidak bisa terus hidup pada masa itu, tentu aku tidak bisa kembali ke masa itu untuk merasakan segala kebahagiaan itu sekali lagi, tapi aku punya kesempatan untuk mengulangi ‘masa emas’ itu. Tahun ini, tahun depan, dua tahun lagi, tiga tahun lagi, empat tahun lagi, aku tidak tau. Hanya Allah yang tau, maka aku hanya akan melakukan yang terbaik dan terus percaya bahwa bermimpi memang seindah itu.
Sekali lagi, selamat empat tahun novel pertamaku! Yuk kita doakan bersama agar novel pertamaku segera punya saudara!
--
Kenapa merayakan 4 tahun novel pertama terbit?
Sebenarnya bisa dibilang, ini tuh niat yang muncul secara spontan. Jadi, sekitar beberapa minggu yang lalu, pas lagi minggu-minggu Asian Games, pas lagi rame-ramenya orang se-Indonesia membicarakan badminton, ada akun instagram yang mempromosikan sebuah novel bertema badminton dan berlatar Asian Games 2018. Ketika melihat snapgram berisi promosi itu seketika aku ingat dengan novel pertamaku ini, yang juga menceritakan hal berbau badminton. Senang rasanya ada yang menulis tentang badminton, ditambah semakin hari semakin banyak orang Indonesia yang suka badminton (kurasa efek dari apiknya permainan atlet badminton pada Asian Games tahun ini). Karena kebetulan mendekati Oktober (meskipun ujung-ujungnya tulisan ini diunggah November awal karena... kesibukan kuliah), akhirnya kuputuskan untuk membuat sedikit perayaan untuk novel pertamaku!
Share: