Masih
bisa kuingat dengan jelas apa yang terjadi pada malam itu. Aku sedang memainkan
ponsel, membuka akun Facebook (dulu aku bisa online facebook berjam-jam dalam
sehari), lalu aku melihat unggahan pada halaman Pink Berry Club muncul di
beranda. Mereka mengunggah foto cover
novelku dan memberitaukan bahwa novelku akan segera terbit. Aku langsung loncat
dari kursi, berteriak, dan memberitau Mama, Papa, dan saudaraku tentang kabar
baik itu. Ah... begitu bahagianya aku pada masa itu.
Darimana datangnya ide untuk menulis kisah “A
Dreamer And The Hard Life”?
Jadi...
Aku sangat suka badminton, meskipun tidak jago dalam bermain (bahkan bisa
dibilang aku tidak bisa bermain badminton). Kalau aku tidak salah ingat, aku mengenal
badminton sejak SD, mungkin saat kelas 2 atau kelas 3, dan pertandingan
badminton menjadi satu-satunya pertandingan olahraga yang kutonton di televisi.
Pada masa itu, aku tidak tau siapa saja atlet yang bertanding, aku tidak peduli
siapa yang bertanding. Asalkan dia bertanding atas nama Indonesia, asalkan dia
memakai kaos dengan bendera merah putih dan tulisan “Indonesia”, aku akan
mendukungnya.
Selain
karena menurutku badminton adalah olahraga dengan peraturan yang mudah
dipahami, salah satu faktor yang membuatku sangat menyukai badminton adalah
karena atlet badminton Indonesia bermain dengan sangat sangat sangat baik! Aksi
para atlet badminton Indonesia sangat memesona, tidak pernah absen membuatku
berseru kegirangan karena mereka terus memanen kemenangan. Kalau ditanya apakah
aku ingat pertandingan apa saja yang kutonton sejak kecil, jujur saja, aku
tidak ingat. Satu hal yang paling jelas kuingat adalah layar televisi yang
menampilkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jerman dengan skor
5-0 untuk kemenangan telak Indonesia atas Jerman.
Berawal
dari suka menonton pertandingan badminton, aku mulai tertarik untuk mencoba,
meskipun pada akhirnya tetap saja tidak jago. Aku mulai membayangkan, seperti
apa rasanya menjadi atlet? Seperti apa perjuangan yang harus mereka lalui untuk
bisa menjadi jawara, untuk bisa mendapat medali emas, untuk bisa membuat
Indonesia bangga? Ketika sedang melamun sembari memikirkan hal itu, ide menulis
kisah seorang gadis yang dengan gigih berjuang menjadi seorang atlet badminton
muncul dan terciptalah karya berjudul “A Dreamer And The Hard Life” ini!
Pada
awalnya, aku tidak percaya novelku benar-benar terbit. Aku bahkan masih tidak
mempercayai hal itu sampai detik ini, setelah 4 tahun berlalu. Dan hal yang
paling tidak kupercaya adalah pesan- pesan dari para pembaca yang mereka kirim
lewat roomchat facebook maupun lewat
email, pesan-pesan yang sangat manis dan menyulut semangat.
--
A: Bukunya keren banget. Temen aku, namanya X, pernah ikut seleksi
Djarum, dia juga kepengen baca buku kakak.
B:
Wahhh... Keren! Terima kasih udah baca bukuku, dan semangat untuk X, semoga
bisa lolos seleksi hehehe... Dia udah punya bukuku lom?
A:
Belom....katanya dia mau nitip atau apa gitu. Aku pernah nawarin, tapi dia
bilang dia belum ada kesempatan buat bacanya, soalnya jadwalnya penuh banget.
Dia istirahat cuma hari Selasa, jd dia bilang dia mau nitip aja, kapan-kapan.
--
A:
Hai,kak Mentari!Namaku XY,panggil saja X.Aku sudah beli buku kakak,lho,yang
Pink Berry Club judulnya "A Dreamer And The Hard Life".Keren dan
inspiratif banget ceritanya!Two thumbs up for Kak Mentari!
B:
Waahh... Terima kasih banyak X sudah beli bukuku seneng deh
kalau kamu suka Tunggu
bukuku selanjutnya yaa...
A:
Jgn lupa Tag ya kak kalau ada buku baru,kayaknya keren keren
--
A:
Ceritanya bagus kak menghibur n menginspirasi.
Gambarnya jga bagus mendukung cerita , cuman aku penen tau kalau nheila sma
bento kya apa? Hehe ... Pokoknya ceritanya bgus deh
--
A:
Kakak, buku kakak bagus banget. Yah, walaupun aku belum punya ... tapi, aku
sempet baca sinopsisnya, dan kereeen sekaaliii
Beberapa hari kemudian...
A:
Buku Kakak yang A Dreamer And The Hard Life itu seru... aku minjam di perpus
sekolah
--
A:
konfirmasi pertemanan aku ya, Kak! aku sudah
baca buku PBC kakak yang A Dreamer and The Hard Life ceritanya
mengharukan
--
A:
Haii kak mentari. Aku udh selesai baca buku kakak.. sebnrnya udh dr
beberapa hari yg lalu. Minggu lalu deh. Seru bgt
kak ceritnya.. tp percakapannya itu terlalu banyak. Ceritanya cocok aja gitu
buat remaja.
B:
terima kasih sudah membaca dan mengapresiasi
A:
aku punya teman cowo.. dia itu susah suruh baca novel.. cm novel tertentu aja
yang dia anggap seru.. dan novel kk temasuk.. waktu itu dia yang bilang mau
minjam.. aku pinjamin deh.. eh kata dia ceritanya seru kak.
--
Setelah
novelku resmi terbit, aku mendapat 5 eksemplar dari penerbit, dan salah satunya
kuberikan pada guru Biologi-ku saat SMA, Pak M. Beliau sangat baik, ramah, dan
asyik. Beliau merupakan guru di SMA XX yang pertama kali tau bahwa aku suka
menulis dan punya mimpi menjadi seorang penulis, dan menjadi yang paling excited ketika tau novel pertamaku telah
terbit.
Pada
suatu pagi, beliau memanggilku dari depan kelas. Beliau mengatakan bahwa
anaknya sangat menyukai novelku, saking sukanya sampai membaca novel itu berkali-kali.
Bahkan beliau berujar kalau sejak membaca novelku, sang anak selalu mengajaknya
bermain badminton SETIAP PAGI! Aku benar-benar tidak menyangka bahwa novel yang
ditulis oleh seorang penulis amatir sepertiku, novel yang butuh waktu 3 tahun
untuk bisa terbit, bisa memberi pengaruh sebesar itu. Karena kejadian itu,
beliau memintaku menuliskan cerita untuk anaknya, kisah tentang anak yang sehat
karena rajin makan sayur, agar anaknya mau makan sayur. Pada saat itu aku
menyanggupi, tapi sayang, bahkan sampai aku lulus pun aku tidak sempat menulis
kisah itu. Maaf ya Pak L
Tahun
2014 menjadi salah satu tahun terbaik dalam hidupku. Meskipun aku harus pindah
sekolah ke salah satu sekolah di kota besar, meskipun aku harus meninggalkan
teman-temanku dan beradaptasi di lingkungan baru, ada banyak hal luar biasa
yang mengiringinya. Bila aku bisa menghentikan waktu, aku ingin terus hidup
pada masa itu. Masa ketika aku benar-benar merasakan betapa indahnya memiliki
mimpi dan betapa lengkap hidup yang kumiliki.
Akan
tetapi, tentu saja, waktu terus bergulir, detik demi detik, bahkan saat aku
menulis tulisan ini. Tentu aku tidak bisa terus hidup pada masa itu, tentu aku
tidak bisa kembali ke masa itu untuk merasakan segala kebahagiaan itu sekali
lagi, tapi aku punya kesempatan untuk mengulangi ‘masa emas’ itu. Tahun ini,
tahun depan, dua tahun lagi, tiga tahun lagi, empat tahun lagi, aku tidak tau.
Hanya Allah yang tau, maka aku hanya akan melakukan yang terbaik dan terus
percaya bahwa bermimpi memang seindah itu.
Sekali
lagi, selamat empat tahun novel pertamaku! Yuk kita doakan bersama agar novel
pertamaku segera punya saudara!
--
Kenapa
merayakan 4 tahun novel pertama terbit?
Sebenarnya
bisa dibilang, ini tuh niat yang muncul secara spontan. Jadi, sekitar beberapa
minggu yang lalu, pas lagi minggu-minggu Asian Games, pas lagi rame-ramenya
orang se-Indonesia membicarakan badminton, ada akun instagram yang
mempromosikan sebuah novel bertema badminton dan berlatar Asian Games 2018.
Ketika melihat snapgram berisi promosi itu seketika aku ingat dengan novel
pertamaku ini, yang juga menceritakan hal berbau badminton. Senang rasanya ada
yang menulis tentang badminton, ditambah semakin hari semakin banyak orang
Indonesia yang suka badminton (kurasa efek dari apiknya permainan atlet
badminton pada Asian Games tahun ini). Karena kebetulan mendekati Oktober (meskipun
ujung-ujungnya tulisan ini diunggah November awal karena... kesibukan kuliah),
akhirnya kuputuskan untuk membuat sedikit perayaan untuk novel pertamaku!
0 komentar:
Posting Komentar